Sahabat Sejati, Sahabat yang Memberikan Manfaat Dunia maupun Akhirat
Guruku, Hamam, kata Bisyr bin Harits berpesan kepadaku,
كُلُّ صَدِيْقٍ لَكَ لَا تَنْتَفِعُ بِصَدَاقَتِهِ فَانْفِ صَدَاقَتِهِ عَنْكَ
“Semua sahabat yang engkau tidak bisa mendapatkan manfaat dengan bersahabat dengannya tinggalkanlah bersahabat dengannya.”
Kutanyakan kepada beliau tentang indikator mendapatkan manfaat dari bersahabat dengan seseorang. Jawaban Sang Guru sebagai berikut:
يُعَلِّمُكَ خَيْرًا أَوْ يَدُلُّكَ إِلَى خَيْرٍ أَوْ يَصْطَنِعُ إِلَيْكَ خَيْرًا
“Mengajarkan kebaikan kepadamu atau memberikan informasi tentang kebaikan kepadamu atau sungguh-sungguh berbuat baik kepadamu.” (Tarikh Baghdad 13/18)
Tidak semua orang yang ada di sekitar kita layak kita jadikan sebagai sahabat. Sebagiannya cukup dijadikan sebagai kenalan, sekedar kita sapa dengan baik ketika berjumpa.
Orang yang layak kita jadikan sebagai sahabat adalah orang yang bisa memberi manfaat kepada kita ketika kita bersahabat dengannya.
Ada tiga ciri orang yang layak dijadikan sebagai sahabat.
- Mengajarkan hal yang manfaat baik terkait agama ataupun urusan dunia.
- Memberi info manfaat baik terkait agama maupun info manfaat terkait dunia.
- Terbukti suka berbuat baik kepada kita.
Sahabat yang memenuhi kriteria di atas semestinya kita pertahankan dengan cara:
- Banyak memaklumi kekurangannya.
- Segera meminta maaf ketika kita berbuat salah kepadanya.
- Mudah memaafkan ketika dia tergelincir melakukan kesalahan kepada kita.
- Suka berbuat baik kepadanya.
Sahabat dalam konteks ini mencakup sahabat dunia nyata ataupun sahabat dunia maya.
Termasuk sahabat dunia maya adalah grup WA, situs yang sering dibuka, channel youtube yang di subscribe, akun medsos yang diikuti dll.
Orang yang sayang dengan dirinya akan meninggalkan sahabat-sahabat dunia maya yang tidak memberi manfaat untuk hidupnya di dunia ataupun di akhirat.
Semoga Allah mudahkan penulis dan semua pembaca tulisan ini agar dikelilingi sahabat-sahabat yang baik yang tetap akan menjadi sahabat ketika di dunia dan berlanjut di surga-Nya. Aamiin.
Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.